Kamis, 02 Desember 2010

Masalah – masalah pada remaja.



Masalah – masalah pada remaja.

  1. masalah fisik remaja
    • mata rabun
mata rabun kebanyakan di derita oleh kaum remaja. Banyak faktor yang menjadi penyebab mata menjadi rabun di antaranya akibat terlalu lama didepan komputer.
    • rambut keriting
rambut keriting biasanya berasal dari gen. kebanyajkan remaja akan merasa kurang percaya diri apabila teman- temannya berambut lurus.
    • kulit hitam
warna kulit juga merupakan salah satu masalah oleh kaum remaja. Banyak remaja menjaga kulitnya agar tetap halus dan putih. Bagi remaja yang kulit hitam biasanya merasa kurang percaya diri.
    • Kurang pendengaran (tuna rungu)
Remaja yang mengalami masalah dalam pendengaran, biasanya akan merasa dikucilkan oleh teman-temanya. Sehingga mengakibatkan pergaulan remaja tersebut bisa terganggu.
    • Kegemukan
Pada remaja kegemukan merupakan masalah yang paling besar, khususnya bagi remaja putri. Masalah ini diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya makan tidak teratur. Sebagian besar remaja yang memiliki badan gemuk akan merasa minder.



Solusi :
Memberikan motivasi kepada orang yang mempunyai masalah fisik tersebut agar tidak merasa minder atau kurang percata diri. Dengan adanya motivasi maka orang yang terkena masalah fisik tersebut bisa tambah percaya diri.

  1. masalah intelektual
    • cacat mental
cacat mental adalah kelainan yang disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya factor bawaan dari lahir. Seseorang yang mengalami cacat mental akan merasa selalu dikucilkan oleh teman-temannya.
    • malas belajar
malas belajar biasanya dialami oleh kebanyakan kaum remaja. Mereka menganggap belajar bukan merupakan suatu kebutuhan melainkan hanya paksaan dari orang tua.
    • Lemah daya pikir
Kelemahan daya pikir bias membuat remaja tidak focus dalam beraktifitas khususnya dalam proses pembelajaran.
    • Mudah  lupa
Mudah lupa disebabkan oleh berbagai factor baik gen maupun lingkungan. Kebanyakan remaja mengalami masalah ini.
    • Bicara tergagap
Untuk menjadi orang besar (sukses), sebagai seorang remaja harus memiliki cara bicara yang lancer (fasih). Tetapi pada kenyataanya banyak remaja yang mengalami masalah ini. Sehingga remaja tersebut merasa kemampuan yang ada dalam dirinya dibawah, dibandingkan dengan kemampuan orang lain.

Solusi :
Remaja yang mengalami masalah intelektual bisa diberikan bimbingan belajar secara khusus. Dengan cara ini, maka remaja tersebut bisa lebih mengoptimalkan cara berfikirnya tanpa ada tekanan dari orang lain (teman sebayanya) yang memiliki intelektual yang melebihi diri remaja tersebut. Selain itu untuk mengoptimalkan daya pikir seorang remaja, remaja tersebut diberikan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhanya. 

  1. masalah emosi remaja
·         capat tersinggung
mudah tersinggung salah satu factor dalam masalah emosi remaja. Hal ini bisa menimbulkan masalah yang besar pada remaja dengan teman-temannya. Contohnya perkelahian
·         mudah kecewa
apabila yang diharapkan oleh remaja tidak tercapai sesuai dengan keinginannya, maka biasanya remaja tersebut akan kecewa sehingga bisa membuat remaja tersebut untuk cepat menyerah dan akan berakibat pada perilaku remaja tersebut seperti malas.
·         Mudah marah
Menjadi seorang remaja biasanya memiliki emosi yang belum stabil.emosi yang tidak stabil ini bisa mengakibatkan suatu masalah bagi remaja tersebut. Contohnya perkelahian
·         Patah hati
Masa remaja merupakan masa mencari jati diri. Masa ini rentan dengan berbagai masalah diantaranya patah hati yang bisa mengakibatkan remaja tersebut hilang motivasi dalam beraktivitas sehari-hari.
·         Stess
Banyak factor yang mengakibatkan remaja mengalami masah ini. Disebabkan karena tidak mampu dalam menghadapi masalah. Apa yang diharapkan seorang remaja tidak sesuai dengan keingginanya.
Solusi :
Untuk mengantisipasi masalah emosional pada remaja, diperlukan kerja sama antara guru dan orang tua. Peran Orang tua sangat dibutuhkan untuk mendidik dan mengajari  remaja tersebut. Sedangkan peran guru yaitu membantu peran orang tua sebagai pendidik remaja tersebut.

  1. masalah hubungan social remaja
·         Iri hati
Iri hati merupakan factor masalah hubungan social. Remaja tidak suka apabila ada orang lain yang memiliki kemampuan melebihi dirinnya. Apabila ada temannya yang memiliki kemampuan tersebut, maka remaja tersebut akan berusaha untuk menjatuhkan temannya dengan berbagai cara.
·         Sombong
Seorang remaja biasanya berfikir bahwa dirinya memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan kemampuan yang dimiliki teman-teman sebayanya. Sehingga munculah perasaan sombong.
·         Tidak bertanggung jawab
Kebanyakan remaja apabial diberi tugas oleh guru atau orang tua, biasanya tugas tersebut di abaikan. Dan seandainya prilaku ini tidak dihilangkan maka bisa membuat remaj tersebut sulit untuk dipercaya.


·         Pergaulan bebas
Sebagian besar prilaku remaja saat ini sulit untuk dikontrol oleh orang tua atau guru. Sehingga kebanyakan terjerumus kedalam pergaulan bebas.
·         Bersiakap individualism
Remaja menganggap dirinya mampu melakukan segala sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Sehingga dia menutup dirinya dan apabial sikap ini  dibiarkan bisa membuat remaja tersebut dikucilkan dari lingkunganya.
Solusi :
Untuk masalah ini, peran orang tua dan guru juga sangat di butuhkan. yaitu memberikan arahan dan pemahaman pada remaja tersebut bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

  1. masalah bahasa remaja
·         bahasa gaul
penggunaan bahasa gaul atau bahasa remaja ini hanya untuk kalangan mereka. Penggunaan ini bertujuan untuk menyatakan bahwa kehadiran mereka memang ada dalam komunitas remaja. Contohnya Pede aja, lagi!.
Solusi :
“Setinggi-tingginya langit, masih ada langit yang lebih tinggi lagi”. Pepatah tersebut setidaknya mengingatkan kepada kita bahwa pengetahuan itu tidak ada batasnya, semakin digali maka semakin banyak yang tidak kita temukan. Kita hanya mampu mengusahakan perkembangan bahasa remaja ini ke arah yang positif.


Rabu, 01 Desember 2010

Sistem Reproduksi Reptil

SISTEM REPRODUKSI REPTIL

Reptil (Reptilia) Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves danUmumnya reptil bersifat ovipar, Ovipar merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh cangkang. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di dalam telur. Telur dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu dierami hingga menetas menjadi anak. Ovipar terjadi pada burung dan beberapa jenis reptil. namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular  dan kadal. Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknya dan anak akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan ovovivipar adalah kelompok reptil (kadal) dan ikan hiu.
 Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina. Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah. Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
.

 Sistem Genitalia Jantan
a. Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular, salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar saat musim kawin.

b. Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek.

 Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna vertebralis.

b. Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur.
Pada reptil, organ genitalia masculine terdiri atas testis yang berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, terletak di dorsal rongga abdomen yang di gantung oleh mesorchium. Pada kadal dan ular, salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar saat musim kawin. Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis. Epididimis sebagai saluran yang sangat berkelok-kelok keluar dari testes di sebelah lateral testes. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek. Hemipenis merupakan sepasang alat capulatio yang berupa tonjolan di dinding cloaka. Hemipenis ini jika dalam keadaan istirahat akan melipat masuk ke dalam pangkal cauda dengan dinding ototnya di bagian luar, kemudian jika akan mengadakan copulatio di tonjolkan keluar.
Semua reptil selain spenodon memiliki organ kopulatoris, ular dan kadal mempunyai hemipenis, sedangkan pada buaya penis.



Reproduksi pada Reptilia
Jantan
1) Memiliki alat kelamin khusus : HEMIPENIS
2) Sepasang testis
3) Memiliki epididimis
4) Memiliki vas deferens
Betina
1) Memiliki sepasang ovarium
2) Memiliki saluran telur (oviduk)
3) Berakhir pada saluran kloaka
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.

Sistem Reproduksi Reptil

SISTEM REPRODUKSI REPTIL

Reptil (Reptilia) Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves danUmumnya reptil bersifat ovipar, Ovipar merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh cangkang. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di dalam telur. Telur dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu dierami hingga menetas menjadi anak. Ovipar terjadi pada burung dan beberapa jenis reptil. namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular  dan kadal. Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknya dan anak akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan ovovivipar adalah kelompok reptil (kadal) dan ikan hiu.
 Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina. Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah. Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
.

 Sistem Genitalia Jantan
a. Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular, salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar saat musim kawin.

b. Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek.

 Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna vertebralis.

b. Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur.
Pada reptil, organ genitalia masculine terdiri atas testis yang berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, terletak di dorsal rongga abdomen yang di gantung oleh mesorchium. Pada kadal dan ular, salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar saat musim kawin. Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis. Epididimis sebagai saluran yang sangat berkelok-kelok keluar dari testes di sebelah lateral testes. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek. Hemipenis merupakan sepasang alat capulatio yang berupa tonjolan di dinding cloaka. Hemipenis ini jika dalam keadaan istirahat akan melipat masuk ke dalam pangkal cauda dengan dinding ototnya di bagian luar, kemudian jika akan mengadakan copulatio di tonjolkan keluar.
Semua reptil selain spenodon memiliki organ kopulatoris, ular dan kadal mempunyai hemipenis, sedangkan pada buaya penis.



Reproduksi pada Reptilia
Jantan
1) Memiliki alat kelamin khusus : HEMIPENIS
2) Sepasang testis
3) Memiliki epididimis
4) Memiliki vas deferens
Betina
1) Memiliki sepasang ovarium
2) Memiliki saluran telur (oviduk)
3) Berakhir pada saluran kloaka
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.


LAPORAN PRAKTIKUM 2

A.    Judul        : Amphibi (Katak atau Kodok)

B.     Tujuan Praktikum
1.      Untuk mengetahui bagian-bagian tubuh katak atau kodok yang penting       untuk identifikasi
2.      Untuk melatih mahasiswa agar terampil menggunakan kunci identifikasi       sistim dikotom dalam melakukan identifikasi jenis anggota anura
3.      Menggunakan kunci identifikasi untuk menentukan nama ilmiah ikan       sebagai bahan kajian.

C.    Dasar Teori
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. ( Zug, 1993).
Amfibia atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru.




Amfibia mempunyai ciri-ciri:
  • tubuh diselubungi kulit yang berlendir
  • merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)
  • mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik
  • mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang
  • matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam
  • pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
  • berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
Untuk lebih jelas ciri-ciri amfibi lihat tabel berikut:
Penutup tubuh
Kulit yang berlendir
Alat gerak
Dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang.
Alat pernapasan
Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidung amfibi mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam.
Habitat
Air dan darat
Suhu tubuh
Tidak tetap, berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya (berdarah dingin/poikiloterm)
Peredaran darahnya
Tertutup
Alat penglihatan
Mata dan matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam
Berkembang biak
Dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal)
Jantung
Terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik

Contoh amfibia yang terdapat di Indonesia adalah bangsa sesilia (Caecilia), serta bangsa kodok dan katak (Anura). Sesilia adalah semacam amfibia tidak berkaki yang badannya serupa cacing besar atau belut. Satu lagi bangsa amfibia, yang tidak terdapat secara alami di Indonesia, adalah salamander. Amfibia dari daerah bermusim empat ini bertubuh serupa kadal, namun berkulit licin tanpa sisik.

Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat. (Zug, 1993)
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986)
Amphibia merupakan suatu kelas hewan bertulang belakang (vertebrata) yang mencakup hewan salamander, salamander, cacing, kodok, dan bangkong. Istilah ampibhia berarti “kehidupan rangkap”, yaitu kehidupan yang menyangkut cara hidup hewan ini di air maupun di darat.
Perbedaan antara amphibia dan reptilia sebagai kerabat terdekatnya, terletak pada kulitnya yang lembut, basah dan tidak tertutup oleh apa – apa serta kulit telurnya yang tidak terdiri atas kulit yang keras dan lentur yang dapat mencegah telur jadi kering. Oleh karena itu telur amphibia hanya dapat hidup di air atau di tempat basah. Kita mengenal kira – kira 3000 spesies amphibia yang msih hidup yang dapat dibagi menjadi 3 ordo yaitu : pertama, Apoda atau salamander cacing (kira – kira 150 spesies) yang “bagian besar masa hidupnya ada dalam tanah; kedua, Cudata atau salamander (250 spesies); dan ketiga, Anura atau kodok dan bangkong (2600 spesies) yang kaki belakangnya panjang. Sesuai dengan kebiasaannya untuk melompat. Amphibia terdapat di semua bagian dunia; terutama Apoda terdapat di daerah tropis, kecuali Australia, Sulawesi, Madagascar, dan kepulauan hindia barat. Caudata terutama terdapat di daerah beriklim sedang, dan banyak sekali di Amerika Utara. Dari sana hewan ini melalui pegunungan Andes menyebar ke daerah tropis Amerika Selatan. Caudata ini tidak terdapat di benua Afrika (kecuali di bagian barat laut). Sedangkan Anura terdapat di mana – mana, kecuali di tempat yang selalu beku dan di beberapa pulau tertentu. Terutama di daerah tropis, anura ini sangat banyak jumlah dan spesiesnya.
Amphibia adalah hewan berdarah dingin yang mampu menyesuaikan cara hidupnya dengan lingkungan. Di daerah beriklim sedang, bila musim dingin tiba, hewan ini bersembunyi di mana saja, misalnya mengubur diri dalam lumpur parit, dikubanan atau di tanah yang basah di antara batu – batuan. Selama tidur pada waktu musim dingin, hewan ini tidak makan, dan sedikit pertukaran udara yang dibutuhkannya, yang berlangsung melalui kulitnya.
Semua amphibia dewasa adalah pemakan daging, tetapi karena hewan ini relatif kecil, makanannya terutama terdiri atas serangga atau hewan kecil lainnya yang tidak bertulang belakang. Kodok dan bangkong yang besar juga makan hewan seperti tikus, dan lain – lain. Amphibia sendiri merupakan mangsa yang empuk bagi hewan lain, dan musuh utamanya adalah: burung, ular dan beberapa mamalia, sedangkan telur dan larvanya merupakan mangsa bagi ikan dan hewan air lainnya.
Mintohari, dkk (2005), mengatakan bahwa amphibia adalah perintis vertebrate daratan. Walaupun angota – anggotanya mempunyai 2 fase kehidupan yaitu fase kehidupan di air dan fase kehidupan di darat. Adanya perpindahan habitat tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pola – pola untuk penyesuaian hidup pada lingkungan air dan daratan. Pada saat hidup di air, anggota amphibia bernafas dengan insang dan bergerak dengan cara berenang. Setelah indah ke habitat darat dikembangkanlah kaki sebagai alat gerak, paru – paru untuk bernafas sebagai pengganti insang dan nares (nostril – lubang hidung) untuk pengambilan gas – gas pernafasan.
Amphibia merupakan tetrapoda atau vertebrate darat yang paling rendah. Amphibia tidak diragukan lagi berasal dari satu nenek moyang dengan ikan, mungkin hal itu terjadi pada zaman devon. Transisi dari air ke darat tampak pada :

a)      Modifikasi tubuh untuk dapat berjalan di darat, di samping masih memiliki kemampuan berenang dalam air.
b)      Tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip.
c)      Merubah kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara.
d)     Penggantian insang oleh paru – paru.
e)      Merubah sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru – paru dan kulit.
f)       Alat sensorisnya memiliki fungsi di udara maupun di air.
Yang termasuk amphibi ini diantaranya kodok dam katak. Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil.Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun.
Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong (b. Inggris: tadpole), yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil.
Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan.
Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.


D.    Alat dan Bahan
  1. Satu set alat bedah lengkap
  2. Botol pembunuh
  3. Kapas dan cloroform
  4. Buku dan literatur kunci identifikasi
  5. Katak atau kodok segar

E.     Prosedur Kerja
  1. Menangkap seekor katak atau kodok
  2. Mematikannya dengan menggunakan kloroform dalam botol pembunuh dengan memasukkan segumpal kapas yang dibasahi dengan cairan itu
  3. Mempelajari bagian-bagian tubuh yang penting untuk identifikasi
  4. Melakukan pengidentifikasian terhadap preparat yang diamati dengan menggunakan kunci identifikasi.
 
F. Hasil pengamatan

Ciri-ciri morfologi katak yang diamati
Ø  Terdapat 2 pasang kaki.
Ø  Sepasang kaki bagian depan terdapat 4 jari.
Ø  Sepasang kaki bagian belakang terdapat 5 jari.
Ø  Mempunyai sepasang mata yang menonjol keluar.
Ø  Mulut moncong ke depan.
Ø  Tubuhnya belang – belang.
Ø  Warna tubuh kecoklatan.
Ø  Kaki terdapat seperti paha.
Ø  Kulitnya halus dan lunak

Hasil Identifikasi

Kunci Menuju Famili
1. a. Tidak bertungkai……………………………..……………………..Caecilidae
    b. Bertungkai……………………………………………..................................2
2. a. Rahang atas bergigi…………………………………………………………3
    b. Tidak ada gigi pada rahang atas……………………………………………9
3. a. Jari-jari tanpa tuberkulum subarticular/suberticular tubercles” gelang pectoral        arciferal……………………………………………………………Pelobatidae
    b. Jari-jari dengan tuberculum subartic...............................................................4
4. a. Diantara 2 phalanges terakhir terdapat inter calary cartilag......Rhacophoridae
    b. Tidak ada inter calary cartilage……………………...………………………5
5. a. Terdapat gigi vomer…………………………………………………………6
    b. Tidak ada gigi vomer………………………………………………………..7
6. a. Ujung lidah bercabang (bifida), gelang pectoral (bahu) firmisterna..Ranidae
    b. Ujung lidah membulat/meruncing………………………….…Microhylidae

Kunci Menuju ke spesies dari Ranidae
1. a. Tidak terdapat gigi vomer……………………………………………………2
    b. Terdapat gigi vomer…………………………………………………...……4
2. a. Ujung lidah bercabang (bifida); jari-jari dengan ujung meluas bervariasi dan            berhubungan dengan “circum marginal grooves”..................................Ranna         tennasserimonsis solater
    b. Lidah meruncing atau membulat, tanpa percabangan yang nyata pada          ujungnya,          tanpa “circum marginal grooves” pada ujung jarinya, katak         air kecil, pada         kolam-kolam dangkal…………………Genus Ooedozyga
3. a. Lidah tipis/sempit dan meruncing pada ujungnya, ujung jari tungkai belakang         meruncing, perut dengan bintil-bintil granular………………Ooedozyga lima
    b. Lidah lebar dengan ujung membulat, kadang-kadang dengan lekukan kecil         pada         bagian median; ujung jari tumgkai belakang biasanya meluas         membentuk        discus………………………………….....Ooedozyga laevis
4. a. Ujung jari tungkai depan dan tungkai belakang meluas membentuk discus         jelas, dengan circum marginal, alur horizontal, discus jari terpanjang, tungkai         depan nyata dan lebih besar dari tympanum, yang mungkin tidak jelas         terdapat        tuberculum metatarsal luar kecil tapi jelas.............…….Amalops         latutensis
   b. Jari tungkai depan dengan atau tanpa discus, tetapi tidak pernah nyata lebih        besar dari tympanum……………….. Genus Rana…………………………...5
5. a. Ujung jari tungkai belakang tumpul, meruncing atau dengan sedikit         perluasan,  tetapi tidak pernah dengan circum         marginal/horizontalgrooves…………………………………subgenus Rana
    b. Ujung jari tungkai belakang dengan perluasan yang bervariasi, selalu lebih         lebar        dari “penultimate planger” dan selalu dengan horizontal/circum         marginal grooves……………………………………………………………6

 
G.    Pembahasan
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap katak, maka klasifikasi ilmiahnya dapat dituliskan sebagai berikut



Klasifikasi Ilmiah

Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Class                : Amphibia
Ordo                : Anura
Family             : Ranidae
Genus              : Rana
Spesies            : Rana sp


            Secara garis besar tidak ada perbedaan antara ciri morfologi, katak yang di amati ketika praktikum dengan teori yang ada di buku seperti ciri morfologi : memiliki 2 pasang kaki, sepasang kaki depan ada 4 jari, sepasang kaki belakang terdapat 5 jari, memiliki sepasang mata yang menonjol, tubuh belang, memiliki 2 lubang hidung yang berhubungan dengan rongga mulut, matanya berkelopak dan bisa digerakkan, mulut bergigi dan berlidah dan bisa dijulurkan untuk mencari mangsa dan lain – lain. Bagian-bagian tubuh katak terdiri atas:
1. Kepala dan Ekstremitas
Pada kepala terdapat : rims oris yang lebar untuk masuknya makanan, nares externs mempunyai peranan dalam pernafasan, sepasang arganon visus (mata) yang bulat. Di belakang mata terdapat membrane tympani untuk menerima getaran suara. Pada akhir tubuh terdapat anus yang berfungsi sebagai pintu pelepas faeces, urine dan sel kelamin.
Extremitas muka yang berupa kaki atau tangan berukuran pendek, terdiri atas : brachium (lengan atas) yang berupa humerus, antibracium (lengan bawah) yang berupa radioulna, carpus (pergelangan tangan), menus (telapak tangan) yang terdiri atas metacarpus dan phalangus (jari – jari); pada telapak tangan terdapat palm, di bawah jari pada hewan jantan terdapat penebalan terutama pada musim kawin. Extremitas belakang yang berupa kaki belakang terdiri atas femur (paha), crus (bagian kaki bawah) yang terdiri atas tibia dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak kaki) yang terdiri atas meta tarsus dan phalangus (jari – jari).
Katak adalah bilateral simetris. Alat pencernaan yang tampak dari luar yaitu cavum oris, dibatasi oleh maxillae (rahang atas) atap pada sebelah atas, sedang di sebelah bawah di batasi oleh mandibula (rahang bawah) dan oshyoid. Kemudian dilanjutkan oleh pharynx, oesophagus, ventricullus dan intestinum yang terletak di dalam rongga tubuh. Lingula (lidah) yang pipih berpangkal pada dasar di sebelah anterior mulut. Pada permukaannya terdapat kuncup perasa dan papil, dilapisi oleh lendir, dapat dijulurkan dari belakang ke muka untuk menangkap mangsa. Lingula disokong oleh oshyoid (yang berupa tulang rawan) yang memungkinkan lidah tegar tapi lemas. Pada maxillae sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi maxillaris), sedang pada atap cavum oris terdapt denta vomerin terdapat dua lubang nares interns yang berhubungan dengan narens externs. Glottis terletak pada medium ventral pharynx sebelah belakang lingula, merupakan pintu menuju ke pulmo (paru – paru). Di belakang mata di dekat sudut mulut terdapat ostium pharyngeum dari tuba auditiva eustachii yang menghubungkan cavum oris dengan ruang telinga dalam.

2. Penutup tubuh (kulit)
            Kulit pada katak licin, lunak. Kulit yang lemas sebagai penutup tubuh berfungsi menutupi tubuh berfungsi menutupi tubuh terhadap gangguan yang bersifat fisis atau pathologis. Kulit tersusun atas epidermis, dermis yang terbagi atas jaringan lain. Dalam kulit terdapat butir-butir pigmen (pada epidermis) dan sel pigmen (chromatofora) pada dermis.

3.Warna tubuh
            Warna tubuh katak yang telah diamati berwarna kecoklatan di sekujur tubuh dengan bagian atas tubuh lebih gelap dibandingkan bagian atas tubuh. Adanya warna kulit demikian karena adanya lapisan yang terdapat pada bagian bawah kulit yaitu lapisan melanofora. Lapisan ini mengandung melanin, jenis pigmen yang menghasilkan warna cokelat gelap atau hitam sehingga kulit katak ini berwarna kecoklatan. Katak melindungi diri dengan warna yang sesuai dengan warna sekitarnya. Warna kecoklatan yang gelap dan terang yang berbeda pada kedua sisi tubuhnya disebabkan karena mengumpul dan menyebarnya butir-butir pigmen dan chromatofora suhu juga dapat mempengaruh warna tubuh pada katak. Suhu rendah menghasilkan warna gelap sedangkan suhu tinggi dan keadaan kering atau meningkatnya sinar menghasilkan warna terang. Perubahan warna diinduksikan melalui mata. Hal ini terbukti bila katak matanya dibutakan, maka kemampuan merubah warna menjadi hilang. Pigmen kontrol oleh hormon yang dihasilkan oleh glandula pituitari dan berhubungan erat dengan sistem saraf.

H.    Jawaban pertanyaan
1.Sebutkan ciri-ciri dari nasing-masing ordo pada kelas amphibi !
Jawab :
a. Ordo Caecilia ( Gymnophiona)
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal.
b. Ordo Urodela
Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air.
c. Ordo anura
Anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal.

2.Sebutkan beberapa bukti tentang transisi amphibi dari air ke darat !
Jawab :
Transisi amphibi dari air ke darat tampak pada :
  • Modifikasi tubuh untuk dapat berjalan di darat, di samping masih memiliki kemampuan berenang dalam air.
  • Tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip.
  • Merubah kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara.
  • Penggantian insang oleh paru – paru.
  • Merubah sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru – paru dan kulit.
  • Alat sensorisnya memiliki fungsi di udara maupun di air.
  • Kulit berfungsi sebagai alat pernafasan apabila lembab atau basah. Oleh karena itu evolusi amfibi dibarengi hilangnya sisik secara berangsur, dan berkembangnya kelenjar lendir dalam kulit. Fungsi kulit pada amfibi mengeluarkan lendir beracun dan untuk pertukaran air.
  • Lingkungan darat menyebabkan perubahan pada alat gerak yg berupa sirip berpasangan diganti dengan tungkai.


3.Buatlah sistematika amphibi secara umum berdasarkan literatur yang ada !
Jawab :
Sistematika Amphibi
Klas Amphibi dibagi atas 3 subklas
1.      Subklas Stegocephalia
Hanya mempunyai 1 ordo yaitu : Ordo Gymnophiona atau Apoda
2.      Subklas Caudata
Subklas ini terbagi atas 3 ordo, yaitu :
Ordo Proteida, contoh Necturus sp, Proteus sp
Ordo Mutabilia, contoh : Cryptobranchus alleganiensis
Ordo Meantes, contoh : Siren lacertina
3.      Subklas Anura
Subklas ini terbagi atas 5 ordo, yaitu :
Ordo Amphicoela
Ordo Opistocoela
Ordo Anomocoela
Ordo Procoela
Ordo Diplocoela
      Famili Polypeditidae
      Famili Microphylidae
      Famili Ranidae
            Famili Bufonidae
 


DAFTAR PUSTAKA
Bratowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga

Latjompoh, Masra. 2004. Bahan Ajar Zoologi Vertebrata. Gorontalo : Jurusan Pendidikan Biologi FMPA UNG

Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Jogjakarta : Jurusan Biologi FMPA UNY

Tim Penyusun. 2009. Penuntun Praktikum Zoologi Vertebrata. Gorontalo: laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi FMPA UNG
Anita, Ninit Yuli. 2009. Amphibi. Diakses  di file:///F:/katak.htm